Malaysia perintahkan penyelidikan penuh atas kondisi kerja dan perumahan Top Glove setelah wabah Covid-19

Top Glove saat ini mempekerjakan lebih dari 21.000 pekerja di seluruh negeri.

Ini memiliki 28 pabrik di distrik Klang, pusat cluster Teratai.

Pada 23 November, NSC memutuskan Top Glove harus menutup pabriknya secara bertahap setelah Covid-19 ditemukan melanggar lingkaran pekerja.

Klaster ini pertama kali muncul pada 7 November dan sekarang memiliki 4.036 kasus. Dari total, lebih dari 80 persen adalah pekerja asing.

Kota Meru yang dulunya sibuk dan penuh sesak, di mana beberapa unit pabrik Top Glove berada sekarang seperti kota hantu.

Penduduk setempat di daerah itu mengatakan mereka takut meninggalkan rumah mereka karena daerah itu telah mencatat lebih dari 1.000 kasus positif Covid-19.

Ibu tunggal dua anak, S. Ganeswary yang mencari nafkah dengan membersihkan rumah mengatakan dia takut keluar dari rumahnya karena tingginya jumlah kasus positif Covid-19 di daerah tersebut.

“Saya mengambil setiap tindakan pencegahan yang mungkin seperti memakai masker dan mencuci tangan secara teratur, tetapi masih ada perasaan mengganggu bahwa saya juga bisa terinfeksi,” tambahnya.

R. Letchumi, 69, yang merupakan pembersih di sebuah perusahaan produk besi yang terletak di sebelah salah satu pabrik Top Glove, mengatakan bahwa dia berdoa sangat keras sebelum pergi bekerja setiap hari.

“Saya berdoa agar Covid-19 akan menyelamatkan saya dan suami saya yang sakit di rumah saat ini,” tambahnya.

Pabrik Top Glove di sebelah tempat kerjanya adalah salah satu tempat yang ditutup setelah beberapa pekerjanya dinyatakan positif Covid-19.

Izzat Nazni, 20, yang juga tinggal di Taman Seri Meru mengatakan situasi Top Glove telah membuat penduduk di daerah itu waspada terhadap orang asing.

“Ini bukan hal yang baik tetapi orang-orang menjadi takut pada pekerja asing di daerah itu,” kata Izzat, yang membantu ibunya dalam bisnis pasokan kuenya.

Dia menambahkan ada banyak pekerja asing yang bekerja di pabrik-pabrik terdekat lainnya yang menyewa rumah di daerah tempat dia tinggal.

Menurut Izzat, setiap kali pekerja asing lewat dalam perjalanan mereka ke tempat kerja, penduduk lokal di lingkungan itu dengan cepat menjauh dan melihat mereka dengan curiga.

“Saya kira itu karena semua orang ketakutan,” tambahnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours